Kamis, 16 April 2009

KH Ahmad Satori Ismail: Allah SWT Melindungi Masjid




Tak kurang dari 18 masjid yang selamat dari dahsyatnya tsunami di Nangroe Aceh Darussalam 26 Desember 2004. Begitu juga, sejumlah masjid tetap terjaga dari gempa di Padang, Sumatera Barat.

Dan, ketika 'tsunami kecil' melanda kawasan Situ Gintung, Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan, 27 Maret lalu, Masjid Jabal Rahmah yang berjarak sekitar 20 meter dari titik jebol tanggul, juga tetap utuh dan bahkan menjadi pusat kegiatan pasca bencana.

Apa yang bisa dijelaskan dari fenomena ini? ''Masjid-masjid itu milik Allah SWT, sehingga Allah SWT memiliki perhatian yang sangat tinggi terhadap masjid,'' ungkap Prof Dr KH Ahmad Satori Ismail MA, Ketua Umum IKADI (Ikatan Dai Indonesia), beberapa waktu lalu.

Sejatinya, masih banyak yang dikemukakan oleh Kiai Satori terkait hal tersebut, dan itu bisa disimak dari wawancara lengkap wartawan Republika Damanhuri Zuhri bersama Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, berikut ini:


Apa makna di balik selamatnya beberapa masjid dari musibah baik di Aceh, Padang, Situ Gintung dan sebagainya?

Di dalam Alquran surat Al Jin (72) ayat 18, Allah SWT berfirman, yang artinya bahwa masjid-masjid adalah milik Allah SWT, maka janganlah kamu sekalian menyembah selain Allah SWT.

Makna yang pertama, Allah SWT yang memiliki masjid. Dan masjid memang untuk kepentingan Allah SWT. Sehingga boleh jadi, Allah memiliki satu perhatian khusus terhadap masjid-masjid ini.

Kedua, Allah pun menunjukkan dari berbagai tragedi, kenapa masjid nampak utuh, megah, kokoh, seakan-akan digoyang dengan berbagai macam banjir pun tapi tetap tegak. Padahal bangunannya biasa saja dibandingkan dengan rumah-rumah yang kokoh dengan semen, tapi banyak yang hancur.

Dengan itu, Allah ingin memberikan pelajaran kepada umat manusia agar memperhatikan masjid. Karena menjadi tempat ibadah, Allah pun melindunginya. Seperti Kabah juga demikian, ketika Abrahah mau menghancurkan Kabah, Abdul Muthallib mengatakan, Kabah itu punya Tuhan dan Tuhan yang akan menjaganya. Maka itu, Kabah tetap berdiri kokoh karena Allah SWT yang menjaganya.

Kalau dari struktur bangunannya sendiri, adakah yang istimewa?
Bangunan masjid itu bangunan yang tidak banyak tembok-tembok. Ketika tembok-tembok tidak terlalu banyak, maka kekokohan tiangnya saat diterpa oleh banjir, itu banyak blong.

Itu dilihat dari segi bangunannya. Namun lebih cenderung Allah memberikan satu pelajaran, bahwa tempat-tempat yang dijadikan tempat maksiat akan banyak dihancurkan.

Apakah ini sekaligus bermakna agar umat Islam selalu mendekatkan diri ke masjid, ber-taqarrab Ilallahi melalui masjid?

Memang, hendaknya masjid jangan hanya dijadikan tempat shalat. Masjid adalah pusat dari berbagai macam kegiatan umat. Bahkan, seluruh aktifitas umat baik dari sisi ritual, sisi sosial dan sisis ekonomi, dan kegiatan lainnya, hendaknya kalau bisa seperti di zaman Rasulullah SAW yaitu dipusatkan di masjid.

Nah, mudah-mudahan umat bisa mengambil ibrah, bahwa ketika masjid dijadikan pusat kegiatan, maka menjadi ukhuwwah, semakin kokoh, tidak ada lagi perbedaan antara kelompok dan seterusnya sampai kepada masalah mazhab, aliran dan seterusnya.

Kita tentu mendambakan bahwa yang meramaikan masjid adalah orang-orang yang Mukmin, yang menegakkan shalat, mengeluarkan zakat dan tidak takut kecuali kepada Allah SWT.

Dalam amatan kiai, bagaimana kecintaan umat terhadap masjid terutama dalam melaksanakan shalat Subuh berjamaah?

Hadis menyebutkan, kalau ada orang yang pergi ke masjid, maka dipersaksikan bahwa dia itu adalah seorang yang beriman. Jadi, semakin orang sering ke masjid, berarti semakin tebal keimanan yang ada pada diri orang tersebut.

Nah, yang membedakan antara orang Mukmin dengan orang munafik adalah bahwa orang yang Mukmin mau melaksanakan shalat Isya dan Subuh di masjid. Dua shalat itulah yang sangat berat.

Artinya, katakanlah masjid masih sepi, hanya ramai saat shalat Jumat maupun shalat Id, mestinya marilah sama-sama kita memakmurkan masjid Allah?

Ya begitu. Kita juga sudah menghimbau lewat website, juga para dai di 28 provinsi, untuk menggalakkan shalat berjamaah, khususnya jamaah Subuh di masjid.

Di situlah esensi umat Islam, kalau umat ingin maju, maka harus senantiasa mengukuhkan shalat berjamaah. Karena nantinya umat bisa melakukan tukar pikiran, berjabat tangan, merontokkan doa, bisa saling tersenyum dan seterusnya. (dam)




republika.co.id
jumat 17 april 2009

Tidak ada komentar: