Jumat, 04 April 2008

Seni Mengelola Perbedaan Sudut Pandang

Dalam interaksi dengan beragam pihak, misalnya dengan rekan kerja, dengan atasan/bawahan, dengan istri/suami, dengan anak, atau dengan tetangga, kita acapkali terpaksa dihadapkan pada perbedaan sudut pandang, dan kadang mesti masuk dalam arena konflik. Lalu bagaimana semestinya mengelola perbedaan sudut pandang sehingga kita bisa memperoleh win-win solution yang optimal. Beberapa langkah dibawah ini mencoba mengeksplorasi teknik untuk mengelola konflik kepentingan secara elegan dan cerdas.

Mengidentifikasi Conflict Players
Jika kita memilih mengelola situasi konflik, penting bagi kita untuk mengetahui siapa-siapa saja yang terlibat dalam kancah pertempuran. Apa sejatinya keinginan dari masing-masing pihak. Apa saja nilai, kepribadian, perasaan, dan sumber daya dari masing-masing pihak. Kesempatan kita untuk berhasil dalam mengelola suatu konflik akan sangat bagus jika kita dapat memandang situasi konflik dari perspektif pihak-pihak yang yang memiliki perbedaan pandangan.

Mencari Tahu Sumber Konflik Kepentingan
Konflik tidak begitu saja muncul dari langit. Mereka mempunyai penyebab-penyebab. Karena pendekatan kita untuk memecahkan suatu konflik sebagian besar akan ditentukan oleh penyebab-penyebabnya, kita perlu mencari tahu sumber dari konflik tersebut. Riset menunjukkan bahwa konflik mempunyai beberapa penyebab, dan secara umum dapat dibagi ke dalam tiga kategori: perbedaan komunikasi, perbedaan struktural, dan perbedaan kepribadian.

Perbedaan komunikasi adalah perselisihan yang timbul dari kesulitan semantik, kesalahpahaman bahasa, diskomunikasi atau juga communication-overload. Orang-orang sering berasumsi bahwa kebanyakan konflik disebabkan oleh ketiadaan komunikasi, tetapi seorang penulis mencatat, ada kecenderungan bahwa komunikasi yang berlebihan sering justru akan mengakibatkan konflik.

Sumber yang kedua adalah karena adanya perbedaan struktural. Setiap organisasi perusahaan pasti memiliki struktur, baik secara horisontal ataupun vertikal. Perbedaan struktural ini acapkali menciptakan masalah pengintegrasian dan ujung-ujungnya mengakibatkan terjadinya konflik kepentingan. Orang-orang mungkin tidak saling sepakat dengan sasaran yang ingin diraih, atau juga mereka bersilang pendapat mengenai alokasi sumber daya. Misal, orang pemasaran perang dengan bagian produksi, orang SDM jadi sasaran kecaman semua karyawan, atau juga pertempuran antara orang finansial dengan bagian IT. Konflik-konflik ini bukan karena komunikasi yang lemah atau perbedaan-perbedaan kepribadian. Konflik ini muncul dari struktur organisasi itu sendiri.

Sumber konflik yang ketiga adalah adanya perbedaan kepribadian. Sering terjadi, chesmistry yang tidak mulus antar orang membuat sulit bagi mereka untuk saling klik. Faktor-faktor seperti perbedaan latar belakang, pendidikan, dan pengalaman, membentuk masing-masing individu ke dalam suatu kepribadian yang unik. Perbedaan corak kepribadian inilah yang acap menjadi sumber konflik.

Lima Opsi Resolusi Konflik
Lalu, resolusi atau tehnik apa yang bisa digunakan untuk mengurangi konflik yang kian memanas? Pada dasarnya kita bisa menggunakan 5 opsi resolusi konflik yakni: menghindar, mengakomodasi, memaksa, kompromi, dan kerja sama/kolaborasi. Masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan tertentu, dan tidak ada satupun yang ideal untuk semua situasi. kita perlu mempertimbangkan masing-masing opsi untuk mengendalikan konflik yang terjadi di lingkungan kita.

Menghindar (Avoidance)
Seperti kita ketahui sebelumnya, tidak semua semua konflik memerlukan tindakan yang tegas. Kadang-kadang menghindar adalah solusi terbaik. Kapan “menghindar” akan menjadi strategi yang tepat? “Menghindar” akan sangat tepat ketika konflik kepentingan hanya bersifat sepele, tidak terlalu penting untuk dibahas, atau ketika emosi sedang meluap-luap sehingga masih dibutuhkan waktu untuk colling down. Strategi ini juga bisa dipakai ketika kita merasa potensi kerusakan yang muncul akibat bersikap agresif justru akan melebihi potensi manfaat yang bisa kita peroleh.

Akomodasi
Tujuan taktik akomodasi adalah menjaga agar hubungan yang harmonis tetap terpelihara dengan elok. Caranya adalah kita mengalah dan mengakomodasi kepentingan mitra kerja kita. Opsi ini layak dipilih ketika isu yang menjadi sumber perselisihan tidak begitu penting (sepele). Atau, ketika kita ingin “membangun reputasi positif” di mata mitra kita, dan citra ini mungkin akan sangat berharga di waktu-waktu mendatang.

Memaksa (Forcing)
Dalam opsi ini kita berusaha keras untuk memenuhi keinginan kita dan mengabaikan kepentingan mitra konflik. Dalam konteks bekerja di kantor, opsi ini sering muncul dalam situasi dimana sang bos memaksakan kehendaknya untuk menyelesikan perselisihan. Opsi ini dapat dilakukan jika kita menghendaki keputusan secara cepat untuk suatu isu penting dan tindakan yang tidak populer harus dilakukan. Atau juga dapat dilakukan jika komitmen dari pihak lain tidak begitu dibutuhkan untuk menjalankan keputusan yang kita.

Kompromi
Kompromi dilakukan ketika masing-masing pihak yang berbeda sudut pandang saling memberikan konsesi. Ini biasa dilakukan dalam misalnya, proses negosiasi atau juga dalam perundingan perjanjian kontrak kerja baru. Kompromi dapat dilakukan ketika masing-masing pihak berada pada level kekuatan yang sama; atau ketika ada keinginan untuk meraih solusi sementara atas sebuah isu yang amat kompleks; atau juga ketika terdapat tenggat waktu yang membutuhkan kesepakatan yang bersifat segera.

Kolaborasi
Akhirnya, inilah opsi yang bisa membawa kita pada win-win solution. Dalam opsi ini semua pihak yang berselisih berdialog secara intens untuk saling memenuhi kebutuhan dan kepentingannya. Proses ini biasanya ditandai dengan proses diskusi yang jujur dan terbuka diantara semua pihak, adanya niat untuk saling mendengarkan kebutuhan pihak lain, dan juga adanya upaya yang sungguh-sungguh untuk membicarakan semua alternatif guna mencapai solusi yang menguntungkan bagi semua pihak. Kapan opsi ini harus dilakukan? Opsi ini layak diambil ketika isu yang menjadi sumber perselisihan terlalu penting untuk dikompromikan, dan juga ketika semua pihak benar-benar menginginkan adanya win-win solution. (*Yodhia Aantariksa*)

sumber : _intranet kandatel rikep

Tidak ada komentar: