Senin, 23 Februari 2009

Pilot Lion Luar Biasa, Mendarat Tanpa Roda

.



Mendarat Darurat di Hang Nadim
Pesawat Berputar 8 Kali di Udara




BATAM, TRIBUN - Anda masih ingat drama pendaratan darurat pesawat Airbus A320 yang dipiloti Chesley B Sullenberger III alias Sully (57), di Sungai Hudson, New York, AS, 15 Januari 2009 lalu?
Pendaratan nyaris serupa terjadi di Bandara Hang Nadim, Batam, Senin (23/2), pukul 19.15 WIB.

Aksi heroik kali ini dilakukan oleh Kapten Pilot Anwar Haryanto yang mempiloti pesawat Lion Air jenis MD 90 nomor penerbangan JT 972 rute Medan-Batam dan Surabaya. Bedanya, Pilot Anwar mendaratkan di runway Bandara Hang Nadim.


Pendaratan pesawat itu berlangsung dramatis. Sirine di bandara meraung-raung menambah ketegangan semua orang yang menyaksikan. Pesawat sempat berputar-putar (holding) sebanyak delapan kali dalam tempo 1 jam 35 menit pada ketinggian 2.000 kaki di atas Bandara. Upaya itu untuk mengurangi BBM, karena saat itu BBM pesawat masih penuh. “Sebagian bahan bakar telah dibuangnya. Walaupun itu bukan prosedur tetap dari manajemennya,”ujar Indah Irwansyah, petugas senior di tower ATC Bandara Hang Nadim.


Irwansyah yang langsung memandu pendaratan tersebut menuturkan, risiko sangat besar bila tetap melakukan pendaratan, karena tangki pesawat masih berisi 1.800 pon BBM. “Kami koordinasi dengan syahbandar, kalau masih 1.800 pon ke atas, lebih baik tidak berani,”ujarnya.


Alasannya, bila terjadi gesekkan dan menimbulkan api, dengan BBM sebanyak itu bisa menimbulkan kebakaran. “Gesekan inilah yang dihindari. Syukur tidak ada yang terbakar. Semua penumpang selamat,” ujar penuh rasa syukur.


Akhirnya sang pilot memutuskan mendarat darurat. Padahal nose landing gear atau roda pendaratan bagian depan tidak berfungsi. Terjadi hard landing (pendaratan keras), namun termasuk cukup mulus bila melihat kerusakan yang dialami pesawat tersebut.


Pesawat itu mengangkut 162 penumpang dewasa, empat anak-anak, dan enam kru, termasuk pilot dan co-pilot. Sekitar 30 persen penumpang mengalami syok dan cedera ringan, namun tidak seorang pun menderita cedera serius. Luar biasa! “Terimakasih ya Allah...,” teriak Irwansyah.


Dia memuji kecerdikan dan keberanian sang pilot. “Semua prosedur telah dilakukan oleh pilot agar dapat mendarat dengan selamat. Baik itu prosedur yang ditentukan oleh manajemen Lion Air, bahkan sampai prosedur dari manajemen lain pun dilakukan agar pesawat dapat mendarat mulus,”kata Irwansyah.


Siaga penuh
Pesawat yang sedianya landing pukul 17.35, sebelumnya dalam kondisi baik. Namun, pukul 17.40, tower menerima laporan pesawat belum dapat mendarat karena gear landing depan tidak dapat beroperasi.


Setelah mendapat laporan bahwa pesawat akan melakukan pendaratan darurat, Irwansyah langsung melakukan koordinasi dengan unit-unit terkait untuk mengamankan proses pendaratan. Namun pilot melaporkan bahwa dia mencoba memfungsikan gear landing depan. Jika tidak berhasil, akan dicobanya prosedur pendaratan darurat. Semua unit langsung siaga penuh.


Irwansyah menuturkan, kontak pertama pukul 17.40 WIB. “Jadwal pendaratan 30 menit sudah dilaporkan. Tapi roda tidak dapat terbuka. Alhamdulilah mendarat selamat pada jam 19.15 WIB. Keputusan mendarat diambil jam 19. 06,”jelasnya.


Semua standar untuk penyelamatan pendaratan darurat telah siap. Tapi 30 menit sebelum mendarat, ada pesawat Garuda dari Jakarta mendarat. Setelah para penumpang Garuda turun, barulah seluruh petugas pemadam kebakaran, tim kesehatan, petugas kepolisian, dan Ditpam Otorita Batam terjun ke lokasi.


Percikan api
Begitu pesawat menyentuh landasan, petugas pemadam kebakaran dan petugas kesehatan langsung bergerak. Dengan penuh keberanian, dua unit mobil pemadam jenis F6 dan F8 dengan belasan petugas mengawal pesawat dari sisi kiri dan kanan. Mereka bergerak mengikuti laju pesawat sambil menyemprotkan racun api hingga pesawat berhenti.


Sementara dua mobil pemadam sudah siaga di ujung landasan. Dengan sigap para petugas pemadam itu juga langsung menyemprotkan air ke tubuh pesawat untuk mencegah kebakaran.


Menurut saksi mata, saat pendaratan, sempat timbul percikan api, tapi hanya sepersekian detik. Pesawat juga mengeluarkan asap abu-abu di kedua sisi mesinnya. Antara pukul 19.15 dan 19.19, roda belakang pesawat mulai menyentuh landasan pada jarak 400 meter dari titik nol. Namun ketika menyentuh landasan, pesawat sama sekali tidak terpental.


Terlihat bagian depan pesawat hanya meninggi sepersekian detik, dan pada jarak landasan 1.800 meter, bagian depan pesawat menciun landasan, lalu bergeser kira-kira 100 meter ke sisi kiri landasan. Pesawat terhenti tepat di posisi 1.990 meter dari titik nol arah barat di runway 22.


“Waktu bagian depan pesawat menyentuh landasan, langsung kita semprotkan racun api. Sehingga api tidak terlihat. Ini adalah teknik yang belum pernah kita lakukan secara nyata, tetapi kita telah sering latihan. Akhirnya teknik ini berhasil,”ujar seorang petugas PMK dari mobil F6.



.



Petugas kesehatan juga bergerak cepat. Mereka langsung mengevakuasi eluruh penumpang dan memberikan pertolongan darurat secara cepat. Para penumpang yang cedera ringan langsung diobati dan yang mengalami syok, langsung dilarikan ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK) di kawasan Seraya. (ded/elc/urn/apr)



tribunbatam.co.id
foto internet
selasa, 24-02-2009

Tidak ada komentar: