
Jadi Mata-mata Israel di Lebanon dan Palestina
Diduga Terkait Serangan WTC 9/11
NEW YORK, TRIBUN - Isu bahwa Israel terlibat dalam serangan 11 September 2001 lalu sudah lama muncul ke publik. Namun, baru-baru ini, media AS, New York Times (NYT), menerbitkan laporan tentang keterlibatan Israel dalam serangan yang membuat luluh lantak gedung World Trade Center (WTC) itu.
Indikasi lain yang pernah disebut adalah tidak satu pun dari 3.000 pegawai Yahudi, masuk kerja pada hari itu. Tidak mungkin 3.000 orang sakit atau cuti secara bersamaan, tanpa ada sesuatu di baliknya.
Dalam laporan NYT, disebutkan adanya keterlibatan Israel, terungkap dari seseorang bernama Ali al Jarrah. Ali al-Jarrah, warga Libanon yang ditangkap karena menjadi agen rahasia Israel.
Nah, Ali ini adalah sepupu Ziad al-Jarrah, yang merupakan satu di antara pembajak pesawat dalam tragedi itu. Tulisan NYT ini juga dibahas American Free Press.
Raja Mosleh, seorang dokter di Palestina yang menjadi rekan kerjanya di sekolah, percaya bahwa Ali adalah agen Mossad. “Saya tidak pernah mencurigai dia sebelumnya. Tapi sekarang setelah mengaitkan semua kejadian, saya merasa dia 100 persen bersalah,” ujarnya seperti dilansir New York Times edisi 18 Februari 2009.
Sepupu Ali, Ziad Al Jarrah, lebih dulu dikenal dibandingkan Ali. Ziad yang 20 tahun lebih muda itu adalah satu dari 19 pembajak pesawat yang kemudian ditabrakkan ke menara kembar WTC dalam aksi teror 11 September 2001 lalu.
Karena kaitan saudara inilah NYT menarik sinyalemen bahwa Israel terlibat dalam serangan mematikan tersebut.
Ali sering meminjam uang untuk membeli rokok, terlihat seperti orang yang pas-pasan. Tapi, penyidik Libanon mengatakan Ali menerima lebih dari U$ 300 ribu (sekitar Rp 3,6 miliar) sebagai imbalannya bekerja untuk Israel.
Sekitar 6 tahun lalu, tetangganya mengatakan, Ali membangun rumah tingkat tiga dengan atap terakota (dipasang penghias) dan berpagar besi. Rumah itu termewah di desanya. Seekor anjing Jerman berjaga di depan rumahnya.
Dr Mosleh sempat bertanya kepadanya dari mana ia mendapatkan uang untuk membangun rumah itu. Ali menjawab bahwa ia mendapat kiriman uang dari anaknya yang tinggal di Brazil.
Jawaban ini terdengar masuk akal. Sebab, banyak imigran Libanon yang hidup di negeri seberang mengirim uang yang banyak bagi keluarganya di kampung halaman
Namun, dalam laporan NYT, tidak dijelaskan bagaimana hubungan Ali Al Jarrah dengan Ziad al Jarrah. Apakah hanya karena saudara sepupu, sehingga Ziad juga pasti jadi agen Mossad?
NYT menulis ada kemungkinan Ziad al-Jarrah direkrut Ali al Jarrah sebagai agen Mossad. Bisa jadi Ali menginginkan kader yang lebih muda untuk Mossad. NYT juga menulis, antara Ali dan Ziad mungkin tidak mengenal satu sama lain.
Ali al-Jarrah telah bekerja sebagai agen Mossad selama 25 tahun. Pria muslim dari Libanon ini mengkhianati negaranya sendiri. Ia bertugas mengumpulkan data intelijen tentang kelompok-kelompok perlawanan Palestina dan Hizbullah.
Jika kemungkinan Ziad juga agen Mossad, berarti ini bukan pertama Israel merekrut orang Muslim bekerja untuk dinas rahasia. Serangan bom pertama WTC tahun 1993 lalu, Israel juga merekrut Ahmad Ajaj, seorang warga muslim dari Tepi Barat Palestina.
Ajaj disebut-sebut merupakan pentolan Intifada. Tetapi faktanya dia tidak pernah terlibat dalam gerakan Intifada, Hamas atau gerakan perlawanan Palestina lainnya.(nyt/dtc)
tribunbatam.co.id
kamis, 12 maret 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar