
ORANG sering salah persepsi soal bendungan dan danau. Situ Gintung ini banyak menganggap sebagai danau. Padahal kalau danau itu satu cekungan seperti baskom. Jadi daerah yang datar dan jauh lebih rendah itu tidak berbahaya.
Berbeda dengan Situ Gintung. Situ ini adalah bendungan kecil. Bendungan ini dibuat Belanda pada tahun 1932, dan baru selesai 1933. Artinya sekarang usianya mencapai 76 tahun. Ini adalah bendungan homogen karena dibangun dari satu macam tanah saja. Kami menyebutnya bendungan urukan homogen.
Selain itu, di bendungan terdapat yang namanya pelimpah (spill way) dengan lebar 5 meter. Lalu ada pula yang lain yakni, pintu air. Pintu air ini digunakan sebagai irigasi pada zaman dulu karena memang di sekitar lokasi merupakan wilayah persawahan. Kecil memang pintunya karena memang untuk irigasi. Panjang bendungan pun kurang lebih 200-an meter. Di atasnya spill way ini terdapat jembatan.
Nah, yang terjadi kemarin itu dari informasi warga setempat memang telah terjadi hujan deras sejak pukul 16.00 WIB hingga sekitar pukul 21.00 WIB. Permukaan air naik secara drastis. Karena airnya naik, maka limpahannya juga naik. Selama ini belum pernah ada hujan selebat itu dalam waktu yang singkat. Maka airnya naik terus, melimpah dan akhirnya bendungan jebol karena limpasan mudah tererosi.
Tanggul bendungan terbuat dari tanah, bukan beton, sehingga mudah longsor atau jebol. Yang bisa jebol seperti ini bukan hanya bendungan ini, tapi Waduk Wonogiri, Bendungan Jatiluhur juga bisa jebol semua kalau terjadi limpahan air dalam jumlah besar.
Apalagi kita tahu, genangannya itu 21 hektar. Artinya kurang lebih 1,5 juta kubik air. Itulah yang menjebol, dan mendorong ke bawah sehingga rumah-rumah yang berada di jalur air tersapu begitu saja.
Saat ini, Ari Murwanto, Kepala Pusat Penelitian Bangunan Air ada di tanggul dengan peneliti dari Jepang. Mereka di lokasi untuk mengadakan penelitian. Saya sudah membawa beronjong kawat dengan beberapa truk. Saya cek di Bekasi, masih terdapat sekitar 13 ribu lembar beronjong kawat untuk mengamankan tebing-tebing bendungan longsor kembali akibat sapuan air hujan.
Kita akan membangun kembali dari dana tanggup darurat. Tapi saya mengingatkan, pelestarian situ-situ itu penting. Masyarakat juga harus diberi pemahaman agar berada di zona aman. Dan harus pula dibangun kembali untuk konservasi. Kami ingin melestarikan sumber-sumber air. Justru itulah, yang tersisa sekarang ini harus dilestarikan. Nanti kalau dijadikan perumahaan semua, maka tak ada lagi genangan air. (persda network/ade)
tribunbatam.co.id
Sabtu, 28 Maret 2009
foto internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar