Jumat, 27 Maret 2009

Militer AS Buang Rp 1,7 Triliun di Danau Kering


Jet Siluman Tercanggih Jatuh di Gurun California


KETIKA F-22 ini dirilis, kongres Amerika Serikat sempat menolak. Sebab, pesawat canggih ini harganya sangat mahal. Bayangkan, satu unit pesawat tempur siluman ini, harganya mencapai 120 juta per unit dalam kondisi kosong. Sedangkan, bila dilakukan pengembangan, harganya bisa mencapai 361 juta per unit.

Tetapi, secanggih apapun pesawat ini, tentu tidak ada jaminan bahwa ia tidak akan jatuh. Terbukti, ketika malakukan ujicoba yang ke-441, Rabu (25/3), jet tempur ini mencium sebuah danau kering di gurun California bagian selatan.


“Jet tempur F-22 jatuh pukul 10.00 (Waktu setempat) kira-kira 35 km timur laut pangkalan udara Edward, California,” kata juru bicara Ricard Jhonson seperti dikutip news.com.au, Kamis (26/3).


Pesawat buatan Lockheed Martin Corp itu meninggalkan pangkalan untuk misi pengujian. Pesawat itu jatuh pukul 10.00 waktu setempat di Gurun Mojave. Biro Manajemen Wilayah mengidentifikasi daerah tersebut sebagai danau kering Harper yang luas dan kosong.


Sedangkan pilot pesawat tersebut, David Cooley (49) dipastikan tewas. Ia adalah seorang veteran angkatan udara yang kemudian bergabung dengan perusahaan kontraktor penerbangan Lockheed Martin pada tahun 2003 yang mendapat kontrak untuk menguji coba pesawat tersebut. Hingga kini, pihak perusahaan tidak memberikan rincian apa pun mengenai kecelakaan ini.


Menurut pernyataan Edwards, setelah kejadian Cooley segera dilarikan ke Rumah Sakit Victor Valley, namun nyawanya tak tertolong. Sam Grizzle, juru bicara Lockheed Martin, menegaskan, tidak akan ada informasi tambahan lagi yang akan disampaikan. “Ini adalah hari yang sangat sulit untuk Edwards, dan Dave akan dikenang sebagai pahlawan, pilot uji coba, dan teman,” ujar Mayor Jenderal David Eichorn, komandan pusat uji coba penerbangan.


Mayor Angkatan Udara David Small di Pentagon mengatakan, pesawat jet itu telah ditetapkan menjadi bagian dari uji coba penerbangan ke-411 di pangkalan udara Edwards dan uji coba bagian sayap ke-412.


AS berkomitmen mengembangkan F-22 sebanyak 183 unit, jauh lebih sedikit dari rencana awal, tahun 1980 untuk mengembangkan 750 unit. Soalnya, harga jet ini sangat mahal. Bahkan, ketika diajukan pertama kali, Kongres AS sempat menolak. Proposal itu kemudian dilanjutkan setelah militer AS menciutkan jumlahnya.


Kecelakaan kemarin merupakan yang kedua dialami oleh F-22. Kecelakaan pertama terjadi tahun 2004. Namun pilotnya selamat setelah meloncat dengan kursi lontarnya beberapa saat sebelum pesawat jatuh.


F-22 Raptor ini awalnya direncanakan untuk dijadikan pesawat tempur superioritas udara untuk menghadapi pesawat tempur Uni Soviet. Karena perang dingin usai, pesawat ini lalu direkayasa menjadi pesawat yang dilengkapi peralatan untuk serangan darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen.


Pesawat ini melalui masa pengembangan yang panjang untuk menggantikan F-15 Eagle. Versi prototipenya diberi nama YF-22, tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi nama F/A-22, dan akhirnya diberi nama F-22A dan resmi dipakai pada Desember 2005.


Menurut Wikipedia, total biaya pengembangan program untuk 180 pesawat ini sudah mencapai 70 miliar dolar AS. Memang, pesawat siluman berawak satu orang ini bukan paling mahal yang pernah ada. Sebab, pesawat pembom yang paling ditakuti, B-2 Spirit, jauh lebih mahal, 2,2 miliar dolar per unit.


Lalu, apakah kehebatan Raptor? Pertama, mesin turbofan ganda Pratt & Whitney F119-PW-100 F-22 memiliki kemampuan pengarah daya dorong. Daya dorong maksimum masih dirahasiakan, namun diperkirakan sekitar 35.000 lbf atau sekitar Mach 1,2 (2.120 km/jam).


F-22 bisa bermanuver sangat baik pada kecepatan supersonik maupun subsonik. Siluman ini bisa berbelok tajam dan bermanuver ekstrim. Para pilot yang sudah menguji pesawat ini menyebutkan, kemampuan terbang lebih tinggi dari pesawat lain adalah faktor penentu kemenangan mutlak F-22.


Kehebatan lain adalah radar AN/APG-77 AESA yang dirancang untuk operasi superioritas udara dan serangan darat, yang sulit dideteksi pesawat lawan. Menggunakan apertur aktif dan dapat melacak beberapa target sekaligus dalam cuaca apapun. AN/APG-77 bisa mengganti frekuensinya 1.000 kali setiap detik. Radar ini juga dapat memfokuskan emisi terhadap sensor lawan, membuat pesawat lawan mengalami gangguan.(yan)



tribunbatam.co.id
Jumat, 27 Maret 2009

Tidak ada komentar: