Minggu, 29 Maret 2009

Tanggul di Batam Tahan 1000 Tahun




BATAM, TRIBUN- Tragedi jebolnya tanggul bendungan Situ Gintung, Tangerang, Provinsi Banten mempengaruhi kekhawatiran masyarakat warga Batam. Sebab Batam memiliki empat dam besar yang dibentengi oleh kekuatan konstruksi tanggul. Kesemua tanggul dam tersebut dipastikan ketahanannya mencapai umur periode ulang seribu tahun, atau minimal 100 tahun.

Ukuran ketahanan itu berdasarkan standar tanggul dam internasional yang direkayasa oleh konsultan Baroma Harta dari Bandung. Halomoan Panjaitan mantan Asisten Operasi Otorita Batam yang mengawasi pelaksanaan pembangunan dam di Batam kepada Tribun, Sabtu (28/3) mengatakan secara manusia tidak mungkin tanggul dam di Batam jebol seperti di Situ Gintung. "Saya katakan secara ukuran manusia tidak mungkin jebol, namun sebagai makhluk ber Tuhan, saya tidak bisa menduga apa yang akan terjadi," ujar Halomoan.

Dam di Batam yang tergolong besar yaitu Dam Duriangkang di Mukakuning, Dam Sei Ladi, Dam Sei Harapan dan sebagainya. Untuk mengukur kemampuan tanggul dihitung melalui data yang valid. Mengantisipasi seandainya terjadi pelimpahan debit air berlebihan dam itu memiliki spill way (mengalirkan debit air kapasitas lebih) disesuaikan pada curah hujan sekali 30 tahun paling lama sekali 50 tahun. Kekuatan masing-masing spill way berbeda antara dam yang satu dengan dam yang lain tergantung pada kapasitas maksimal debit air dam. Indikatornya kekuatan itu bisa dibandingkan dengan ketebalan.

Meski demikian tindakan maintainance melalui pemeriksaan dan perbaikan badan dam dan kekuatan tanggul rutin dilakukan.

Hal senada diungkapkan oleh Istono, Kepala Biro Perencanaan OB mengatakan setiap dam dipasang instrumen monitoring bertujuan mendeteksi, mengawasi, untuk melakukan pemeliharaan. Instrumen itu memberikan informasi rembesan air ke dalam badan tanggul. Menurutnya rasanya mustahil tragedi seperti Situ Bintung terjadi di Batam.

"Saya melihat tragedi Situ Bintung tidak sekonyong-konyong terjadi begitu saja. Itu kemungkinan besar terjadi kesalahan diantaranya kurangnya pengawasan pemerintah. Jika ada instrumen monitoring, tragedi itu tidak sampai terjadi. Itu terjadi karena ada rembesan kebadan tanggul dan jebol, apalagi bendungan itu dibangun tahun 1935 jaman Belanda," ujar Istono.

Istono menjelaskan badan tanggul dam di Batam terdiri dari selektif material. Timbunan tanah selektif dengan umur lempungnya sampai jangka waktu tertentu. Bagian tengah tanggul dibangun cor yang cukup kuat. Dan benteng pertahanan terakhir adalah spill way mengalirkan limpahan air berlebih.
Berandai terhadap hal ekstrim seperti goncangan gempa di Batam, Istono menjamin hal itu kemungkinannya kecil. Sebab daerah Batam bebas zona gempa. "Itu diketahui dari assosiasi teknik bahwa Batam bebas zona gempa. Jadi saya kira 99 persen gempa tidak akan terjadi di Batam," ujarnya.

Meski demikian kekuatan konstruksi dam dan jembatan di Batam tetap didesain mengantisipasi gempa dengan koofisien diminimalis. Sebab karakteristik desain kemampuan konstruksi tahan gempa antara daerah satu dengan daerah lain berbeda satu sama lain tergantung tingkat koefisien gempanya. (laporan ronald)



tribunbatam.co.id
Minggu, 29 Maret 2009
foto internet

Tidak ada komentar: