Sabtu, 31 Januari 2009

Dapat Bonus Rp 198 Triliun,Obama Kecam Petinggi Wall Street






WASHINGTON, TRIBUN - Bos-bos di pasar modal Wall Street tetap bergelimang harta dengan bonus miliaran dolar AS, saat seluruh dunia menderita akibat krisis finansial global yang justru bersumber dari Amerika Serikat (AS).

Perekonomian AS sedang hancur-hancuran. Pemerintah dibikin pusing memikirkan upaya keluar dari hebatnya deraan krisis ekonomi saat ini. Gelombang pemutusan hubungan kerja pun kian tak terbendung.


Dalam dua pekan terakhir, ada 1.164.000 orang di AS meminta tunjangan pengangguran untuk pertama kalinya. Situasi bertolak belakang justru terlihat di Wall Street. Para petinggi di pasar modal AS itu justru bergelimang bonus. Tahun lalu (2008), mereka menerima bonus lebih dari 18 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 198 triliun!


Angka itu berdasar laporan pengawas bursa Wall Street, bahwa para pekerja sektor keuangan di New York tetap memperoleh bonus berlimpah di saat bursa melorot 44 persen. Penghasilan mereka seperti tahun 2004 saat kondisi ekonomi AS masih bagus.


Ironi itu membuat Presiden AS Barack Hussein Obama berang. Presiden kulit hitam pertama AS itu melontarkan kritik pedas kepada para pekerja berdasi di Wall Street yang sama sekali tidak memiliki sense of crisis.

“Sangat memalukan,” kata Obama di ruang kerjanya di Gedung Putih, Oval Office, didampingi Menteri Keuangan baru AS, Timothy Geithner, Kamis (29/1) waktu AS.


Obama kesal lantaran perusahaan dan bank yang sahamnya mereka jual mendapat dana pinjaman dari pemerintah, yang bersumber dari penghasilan para pembayar pajak, termasuk dari mereka yang kini kehilangan pekerjaan. Tak heran bila Obama menyebut pemberian bonus besar itu sebagai sikap yang sangat tidak bertanggung jawab.


“Yang kita butuhkan dari para pekerja Wall Street yang meminta bantuan itu adalah setidaknya mereka membatasi diri, menunjukkan sikap disiplin, dan menunjukkan tanggung jawab,”ujar Obama.


Obama mengatakan bahwa dia dan Geithner akan bicara langsung dengan petinggi-petinggi di Wall Street terkait bonus tersebut. Terhadap bos-bos Wall Street, Obama mengatakan, “Akan ada waktu tersendiri bagi mereka untuk mendapat keuntungan dan bonus. Tapi saatnya tidak sekarang.”


Wakil Presiden Joe Biden, dalam wawancara dengan stasiun televisi CNBC, juga mengkritik pemberian bonus itu. Dia mengatakan bahwa tindakan itu menyinggung sensibilitas.


Obama sendiri di Gedung Putih dikelilingi bos-bos perusahaan dengan bayaran tinggi. Bukan petinggi Wall Street, tetapi bos-bos perusahaan besar seperti IBM, Motorola, Xerox, dan Corning. Namun, mereka dapat dibayar dengan murah hati.


Menurut data Associated Press, sebagian besar pengusaha yang mengelilingi Obama, tahun 2007 mengumpulkan kompensasi total sebesar antara 8 juta dolar AS hingga 21 juta dolar AS. Perhitungan tersebut mencakup gaji eksekutif, bonus, insentif, tambahan lain, nilai saham yang ditanam, dan kompensasi lain.


Dunia menderita
Bonus berlimpah yang diterima para petinggi Wall Street tak sebanding dengan kinerja mereka. Pada perdagangan Kamis (29/1), harga saham-saham di bursa Wall Street melorot tajam, menyusul laporan keuangan yang mengecewakan, ditambah suramnya pasar tenaga kerja dan data perumahan.


“Tidak ada tanda-tanda besar dari kepercayaan harga-harga saham. Katalis untuk pembalikan atas pelemahan ekonomi belum terjadi,” ujar Steve Goldman, analis dari Weeden & Co.


Padahal sehari sebelumnya harga saham-saham di Wall Street sempat menguat signifikan setelah The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga dan berencana membeli surat utang pemerintah AS berjangka panjang. Pemerintahan Obama juga sudah dapat restu dari DPR AS untuk paket stimulus 819 miliar dolar AS.


Terparah
Kepala ekonom IMF, Olivier Blanchard, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2009 akan mencapai titik terendahnya sejak perang dunia II. Pasar finansial juga masih akan menghadapi tekanan dan perekonomian dunia akan turun tajam ke titik terburuknya sehingga menyebabkan nilai perdagangan dunia merosot. “Kita sekarang memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan menghadapi penghentian yang sebenarnya,” ujar Blanchard.


Jepang dan Singapura sebagai motor ekonomi kawasan Asia, kini menghadapi persoalan sangat serius. Menteri Ekonomi Jepang Kaoru Yosano, mengatakan, penurunan ekonomi saat ini “sangat serius” dan mustahil untuk mengatakan kapan hal itu akan berakhir. Data resmi menunjukkan produksi industri anjlok ke rekor 9,6 persen selama Desember. Pengangguran melonjak 4,4 persen selama Desember dari 3,9 persen pada November karena turunnya keuntungan perusahaan yang mendorong gelombang PHK.


Singapura pun tengah dirundung PHK massal akibat krisis global.Jumlah pengangguran naik dan Sektor manufaktur kehilangan 6.200 pekerjaan pada kuartal keempat.


Semua kesengsaraan itu berasal dari krisis subprime mortgage yang diciptakan oleh orang-orang tamak di pasar modal AS. Tapi mereka justru tetap saja bergelimang harta dari bonus berlimpah.(ap/rtr/viv/edy)

tribunbatam.co.id

Tidak ada komentar: