Sabtu, 17 Januari 2009

Israel Hancurkan Sekolah PBB


Teken Kesepakatan Sepihak dengan AS
Hentikan Hamas Selundupkan Senjata ke Gaza



GAZA, TRIBUN - Israel kembali mempertontonkan serangan brutalnya. Tank-tank Israel kembali menghancurkan sebuah sekolah PBB di utara Gaza, Sabtu (17/1) pagi. Enam orang, termasuk seorang wanita dan anak-anak, tewas. Menurut saksi mata, perang pecah di sekitar sekolah saat tank Israel baku tembak dengan pejuang Palestina.

Ini adalah sekolah keempat yang dijalankan lembaga PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, yang dihajar rudal Israel. Selama 22 hari serangannya, Israel melepaskan bom membabi buta di Palestina. Sementara itu, seorang bayi berusia dua tahun juga tewas akibat granat Israel di utara kota Beit Hanun. Menurut petugas medis, Israel juga menembak mati tiga orang lainnya di wilayah utara.


Sejauh ini, sedikitnya 1.193 warga Palestina tewas terbunuh dan 5.311 lainnya terluka akibat serangan brutal Israel. Menurut kalangan medis di Gaza, dari korban tewas itu, 600 di antaranya adalah warga sipil, termasuk 411 anak-anak.


Di tengah upaya gencatan senjata di Gaza, Amerika Serikat (AS) dan Israel telah menandatangani kesepakatan sepihak untuk menghentikan Hamas menyelundupkan senjata ke Gaza yang dituduhkan Israel. Hal itu merupakan syarat utama yang diajukan Israel untuk menghentikan serangannya terhadap Gaza.


Penandantanganan itu dilakukan oleh Menlu Israel Tzipi Livni dan Menlu AS Condoleezza Rice di Washington Sabtu (17/1) atau Jumat waktu AS. Belum banyak rincian yang dikeluarkan namun diperkirakan Washington akan memberikan bantuan logistik dan intelijen kepada Israel.


Wartawan BBC di Yerusalem, Jeremy Bowen melaporkan karena Israel memiliki hubungan strategis yang sangat erat dengan Amerika Serikat, kesepakatan ini hanya bersifat simbol politis. Ini merupakan deklarasi bahwa Amerika akan menjadi bagian dari upaya untuk menghentikan penyelundupan senjata ke Gaza bagi Hamas.


Livni mengatakan penghentian aksi permusuhan harus diimbangi dengan penghentian penyelundupan senjata ke Gaza. Acara penandatanganan kesepakatan itu juga memberikan kesempatan menguntungkan kepada Livni dalam upayanya menjadi perdana menteri Israel mendatang setelah pemilihan umum kurang dari sebulan.


Amerika Serikat berharap gencatan senjata bisa disetujui dalam beberapa hari mendatang. Syarat kunci lain yang diajukan Israel adalah serangan roket Hamas harus dihentikan. Selain menyatakan gencatan senjata yang sepihak, pejabat Israel mengharapkan Israel dan Mesir untuk mencapai kesepakatan mengenai peningkatan keamanan di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.


Perbatasan Rafah hanya akan dibuka kembali sesuai perjanjian 2005 dengan Otoritas Palestina, sebutan untuk kekuatan Presiden Mahmoud Abbas untuk mengontrol dan memantau lalu lintas ke Eropa.


Dunia Arab terbelah
Sebagai protes atas agresi Israel ke Jalur Gaza, Qatar dan Mauritania menyatakan membekukan hubungan ekonomi dan politik dengan Israel. Kedua negara itu mengambil keputusan tersebut sebagai respon atas hasil pertemuan para pemimpin Arab dan Muslim di Doha, ibukota Qatar Jumat (16/1).


Pertemuan dihadiri oleh 13 negara dari 22 negara anggota Liga Arab. Turut hadir dalam pertemuan tersebut Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad, perwakilan dari Turki dan perwakilan dari faksi-faksi pejuang di Palestina antara lain perwakilan dari Hamas Khaleed Misyaal, perwakilan dari jihad Islam dan perwakilan dari Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP).


Pertemuan itu menghasilkan dua poin penting yaitu seruan agar negara-negara Arab membekukan semua bentuk hubungan dan kerjasama dengan Israel serta membatalkan inisiatif perdamaian yang ditawarkan negara-negara Arab pada Israel.


Konferensi itu sendiri diboikot oleh sebagai besar negara Arab, termasuk pemimpin Mesir dan Arab Saudi yang pro-Barat dan pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas. Abbas akan bertemu dengan Mubarak di Kairo pada hari Minggu (18/1) untuk membicarakan gencatan senjata di Gaza. (bbc/ap/ros)

tribunbatam.co.id

Tidak ada komentar: