Rabu, 11 Februari 2009

Hamas : Israel Pilih Tiga Pemimpin Terorisme

By Republika Newsroom
Kamis, 12 Februari 2009 pukul 08:11:00





JALUR GAZA-- Ketika mengomentari hasil pemilihan umum Israel yang diselenggarakan Selasa (11/2), Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) di Palestina, Rabu, menyatakan rakyat Israel telah memilih tiga pemimpin terorisme.

Gerakan pejuang Palestina tersebut terkejut dengan hasil pemilihan umum itu, kata juru bicara HAMAS Fawzi Barhoum kepada Xinhua dalam wawancara telepon. Ia menambahkan pemenang dalam proses tersebut adalah Tzipi Livni, Benjamin Netanyahu dan Avigdor Lieberman.

" Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Zionis telah memilih mereka yang paling radikal dan teroris paling besar. Kami sekarang menghadapi tiga pemimpin radikalisme dan teror," kata Barhoum.

HAMAS, yang oleh Israel, Eropa dan Amerika Serikat dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris, telah menguasai Jalur Gaza sejak Juni 2007, setelah mengusir pasukan keamanan faksi moderat Fatah, pimpinan Presiden Mahmoud Abbas.

"Yang paling berbahaya mengenai ini ialah perkembangan dramatis dalam kebijakan internal Zionis, tempat sekelompok gerombolan teroris seperti Shtern dan Hagana (dua kelompok yang dipandang sebagai organisasi teroris oleh mandat Inggris sebelum negara Yahudi berdiri), akhirnya kembali ke dalam partai politik," kata Barhoum.

Israel melancarkan serangan militer 22-hari ke daerah kantung yang dikuasai HAMAS itu. Serangan tersebut berakhir ketika Israel dan kelompok pejuang di Jalur Gaza mengumumkan gencatan senjata sepihak yang rapuh.

"Semua pemimpin Zionis telah mengangkat kasus Jalur Gaza, serta perang melawan HAMAS dan kasus (Gilad) Shalit untuk membunuh sebanyak mungkin anak-anak kami guna menuai suara tertinggi," kata Barhoum.

Satu delegasi HAMAS berada di Kairo guna mengukuhkan gencatan senjata jangka panjang yang diperantarai Mesir dengan Israel. HAMAS menyatakan kelompok tersebut menerima gencatan senjata satu-setengah tahun dengan syarat diakhirinya blokade atas Jalur Gaza dan pembukaan tempat penyeberangan perbatasan ke daerah kantung miskin itu.

"Jika pemerintah apa pun, tak peduli siapa yang memimpinnya, mengingini Tahdi'aa (gencatan senjata), kami siap menerimanya guna mengakhiri pengepungan, mengakhiri agresi militer terhadap rakyat kami dan membuka kembali tempat penyeberangan perbatasan, terutama tempat penyeberangan Rafah dengan Mesir," kata Barhoum.

Namun, beberapa pengulas Palestina dapat membedakan antara mereka yang menang dan mereka yang kalah dalam pemilihan umum Israel.

Mkheimer Abu Se'da, pengulas politik Palestina dari Jalur Gaza, mengatakan terlihat jelas bahwa keberhasilan Tzipi Livni telah menghilangkan kekhawatiran bahwa partai sayap-kanan Likud akan menjadi pemenang.

"Itu juga menghilangkan kekhawatiran bahwa pemerintah sayap-kanan-jauh yang dipimpin oleh Partai Likud akan memasukkan pemimpin partai radikal anti-Arab Israel Beiteinu (Israel Tanah Airku)' Avigdor Lieberman," katanya.

Abu Se'da menduga Partai Kadima akan berhasil membentuk pemerintah persatuan nasional "yang akan mencakup Partai Buruh, pimpinan Ehud Barak, dan partai kecil lain tanpa Likud atau Israel Beiteinu --yang tetap menjadi oposisi.

"Dengan Kadima berada di atas semua parai di Israel merupakan sesuatu yang positif. Namun, hasilnya juga memperlihatkan bahwa kubu sayap-kanan berada pada posisi lebih baik dibandingkan dengan Partai Buruh, yang menjadi kubu yang kalah dalam pemilihan umum ini," katanya.

Barak, Menteri Pertahanan dalam pemerintah sementara Israel, berada di belakang perang di Jalur Gaza, tempat tak kurang dari 1.400 orang Palestina tewas dan 5.500 orang lagi cedera.


"Saya percaya alasan di balik kekalahan Partai Buruh ialah Barak menyia-nyiakan banyak kesempatan perdamaian dan salah satu alasan yang membuat banyak pemimpin bersejarah partai Buruh pindah ke Kadima," kata pengulas tersebut.

Di Jalur Gaza, rakyat miskin yang menjadi korban perang tak melihat perbedaan antara partai sayap kanan dan kiri di Israel. Mereka semua sependapat bahwa semua yang mereka ingini ialah hidup dalam kedamaian dan meningkatkan kondisi hidup mereka. ant/fif


republika.co.id

Tidak ada komentar: