Kamis, 12 Februari 2009

Satelit AS dan Rusia Tabrakan


Ganggu Layanan Telepon Iridium


FLORIDA, TRIBUN - Ada ribuan benda buatan manusia yang mengorbit Bumi, namun baru pertama kalinya dalam sejarah antariksa terjadi tabrakan dua satelit. Tabrakan dua benda ruang angkasa itu melibatkan satelit komunikasi Iridium 33 milik Amerika Serikat (AS) yang melayani telepon satelit dengan satelit Cosmos 2251, sampah antariksa milik Rusia di orbit bumi.

Menurut badan antariksa AS, National Aeronautics and Space Administration (NASA), satelit Iridium menabrak satu satelit Rusia yang sudah tidak digunakan dengan kecepatan hampir 780 km di atas Siberia. Dampak kecelakaan itu terhadap Stasiun Ruang Angkasa Internasional dan peluncuran pesawat ulang-aling yang direncanakan bulan ini, dilaporkan tidak besar.


“Kejadiannya pada 11 Februari 2009 pukul 23.55 WIB di atas Siberia,” kata pakar antariksa dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin di Bandung, Kamis (12/2).


Tabrakan itu menyebabkan kumpulan reruntuhan besar, dan diperkirakan waktu berminggu-minggu untuk bisa menyebar. NASA kini menyisir ribuan potongan reruntuhan tabrakan itu dan berharap sebagian besar akan terbakar saat masuk ke atmosfir Bumi.


Kekhawatiran yang muncul sekarang adalah apakah reruntuhan kedua satelit itu akan menyebar dan membahayakan Stasiun Ruang Angkasa Internasional, yang mengorbit bumi sekitar 435 di bawah jalur tabrakan kedua satelit tersebut.


Harian Washington Post melaporkan, satu memo NASA menyebut para pejabat memutuskan risiko itu ‘meningkat’ tetapi memperkirakannya sangat kecil dan masih dalam batas yang bisa diterima.


Juru bicara NASA John Yembrick mengatakan, Stasiun Ruang Angkasa Internasional memiliki kemampuan melakukan manuver untuk menghindari reruntuhan jika diperlukan. Kata dia, manuver pernah dilakukan delapan kali selama 60 ribu kali mengorbit bumi.


Juga dilaporkan bahwa peluncuran pesawat ulak alik NASA, Discovery, bulan ini tidak akan ditunda.
Perusahaan satelit Iridium, yang berbasis di Maryland, AS, mengatakan bahwa perusahaan itu kehilangan satu satelit setelah ditabrak oleh satelit Rusia.


Perusahaan itu mengatakan, pelanggan kemungkinan mengalami gangguan tetapi berusaha mengganti satelit yang diluncurkan tahun 1997, dengan salah satu satelit cadangan yang berada di orbit dalam 30 hari.


Manajemen Iridium menyatakan, kecelakaan itu sangat tidak biasa dan kemungkinannya sangat kecil. Mereka menegaskan pihaknya bukan penyebab kecelakaan tersebut. Sejumlah pejabat mengatakan satelit Rusia, yang diluncurkan tahun 1993, bergerak tanpa kendali.


Sejak tahun 1957 terdapat 6.000 satelit diluncurkan ke ruang angkasa dan sekitar 3.000 satelit masih beroperasi.


Sampah antariksa
Pakar antariksa dari LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan, tabrakan dua satelit tersebut tertangkap jaringan radar pemantau antariksa milik Departemen Pertahanan AS. “Tabrakan ini makin menambah padatnya sampah antariksa, sehingga potensi tabrakan akan semakin besar,” kata Djamal.


Tabrakan tersebut disebutkan menyebabkan pecahan angkasa paling buruk sejak pengrusakan satelit pemantau iklim yang sudah tua milik China secara sengaja pada 2007 dan meninggalkan sampai 2.500 pecahan di orbit bumi.


Sampai akhir Maret 2004, kata Djamal, di antariksa masih terdapat 9.236 benda yang mengorbit Bumi yang terdeteksi radar pemantau antariksa. Dari jumlah itu, 2.988 berupa satelit, baik yang masih berfungsi maupun tidak berfungsi lagi. Selebihnya 6.248 adalah sampah berupa badan roket atau pecahan satelit atau roket.


Jumlah sampah antariksa mendominasi wilayah orbit satelit. AS dan negara-negara bekas Uni Soviet merupakan pemilik terbesar benda antariksa tersebut. Menurut Djamal, benda antariksa buatan manusia dapat dikelompokkan dalam empat jenis orbit. Terbanyak berada pada orbit rendah (LEO: Low Earth Orbit) dengan ketinggian kurang dari 5.500 km. Satelit eksperimen ilmiah dan satelit penginderaan jauh umumnya berada pada orbit ini.


Terbanyak kedua berada pada orbit geosinkron (GEO: Geosynchronous Earth Orbit) pada ketinggian 36 ribu km di ana satelit telekomunikasi dan pengamat cuaca umumnya berada pada orbit ini.


Orbit menengah (5.500-36.000 km) disebut MEO (Medium Earth Orbit). Sistem satelit navigasi milik Amerika Serikat, GPS (Global Positioning System) dan milik Rusia, GLONASS (Global Navigation Satellite System) menempati orbit menengah ini, juga roket-roket peluncur satelit komunikasi banyak yang masih berada pada orbit ini.(bbc/ant/edy)

tribunbatam.co.id
Written by anto
Jumat, 13 Pebruari 2009

Tidak ada komentar: