Minggu, 15 Februari 2009

Chaerul Umam: Film PBS Banyak Kesalahan


TRIBUN- Awas, ada propaganda paham liberal yang menyusup dalam dunia perfilman. Demikian ujar sutradara Chaerul Umam mengomentari film Perempuan Berkalung Sorban (PBS)

Film Perempuan Berkalung Sorban itu tak hanya menuai kritik Chaerul Umam, tapi kalangan ulama dan umat Islam. Tak urung, kalangan sineas sendiri ikut-ikutan gerah. Menurut Chairul Umam, film PBS tidak hanya melecehkan Islam, namun juga mengandung unsur propaganda politik.

"Film tersebut mengandung propaganda politik. Bagaimana tidak, dunia pesantren dicitrakan sangat buruk. Dan secara tidak langsung, seluruh pesantren memiliki kultur demikian," ungkap Chaerul.

Chaerul menyayangkan, banyak siaran talkshow sebagaimana acara debat yang difasilitasi teve baru-baru ini yang menghadirkan Hanung Bramantyo sang sutradara.

Menurutnya, hal itu hanya akan memberikan kesempatan kepadanya untuk bersilat lidah. Dengan demikian, dia dapat menyakinkan masyarakat. Padahal, dalam dunia seni hal tersebut tidak boleh dilakukan.

"Seharusnya yang membedah kontroversi itu adalah pihak lain, baik yang kontra maupun yang pro. Namun bukan dari pihak Hanung. Celotehnya pasti tidak cover both side," tuturnya.

Sebagai seorang sutradara senior, Chaerul mengetahui ketidakseimbangan (unbalance) dalam film tersebut. Bagaimana kisah buruk kiyai dan pesantren yang di-blow up secara sepihak. Sedangkan pesantren dan kiyai yang bagus tidak disentuh.

Chaerul tidak hanya setuju dengan keputusan MUI yang menyuruh agar film tersebut ditarik dan direvisi, lebih keras lagi, Chaerul juga beranggapan bahwa film tersebut sudah tidak layak lagi direvisi.

"Untuk apa film PBS ditarik dan direvisi, film tersebut dibuang saja, tidak ada yang perlu direvisi,"tuturnya. Kecuali, jika Hanung mau menampilkan realitas pesantren secara jujur dan equal (setara), maka film tersebut bisa direvisi. "Itupun sangat banyak sebab, terlalu banyak kesalahan," imbuhnya.

Menurutnya, banyak adegan yang cukup menyulut kemarahan masyarakat dalam film tersebut. Dalam film itu banyak adegan yang jahili. Seperti, Annisa tokoh utama (PBS) yang mengajak Khudori bekas pacarnya untuk berzina di kandang kuda. Belum sempat kejadian itu terlaksana karena Khudori menolak sudah keburu ketangkap basah. Kemudian ditangkap dan disuruh dirajam. Hanya dengan bukti jilbab yang dicopot rajam pun dilakukan.

"Di adegan ini, secara fiqhiyah saja sudah salah. Namun, rajam tetap dilakukan," tutur Chaerul. Tidak hanya itu, ibu Annisa menghalang-halangi. Dia membolehkan, asal si pelempar bersih tidak memiliki dosa.

Dari bukti-bukti inilah, menurut Chaerul, sebenarnya film PBS termasuk dalam pelecehan agama. Dan bisa dibawa ke pengadilan dengan dalih penistaan agama.

Menurutnya, dalam hal ini, MUI harus menjadi mediator ke pengadilan. Sebab, jika pencegahan tersebut tidak cepat dilakukan, maka ditakutkan respon masyarakat akan bergerak.

Selain pembuat film, menurut Chaerul, yang paling bertanggung jawab adalah LSF. Sebab, lembaga ini telah meloloskan PBS. (hid)
.


Written by widodo
Sabtu, 14 Pebruari 2009
tribunbatam.co.id

Tidak ada komentar: