Jumat, 06 Februari 2009

Obama Rangkul Islam via Indonesia


JAKARTA, TRIBUN - Kunjungan Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton ke Indonesia pada 18-19 Februari nanti menjadi sinyalemen positif kedatangan Presiden Barack Hussein Obama setelahnya.

“Kunjungan ke negara Asia Timur yakni Indonesia, Jepang, Korea Selatan dan Cina adalah suatu hal yang baru karena kebiasaan sebelumnya kunjungan dimulai dari Eropa atau Atlantik,” kata Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda dalam press briefing di Deplu, Jakarta, Jumat (6/2).


Menurut Deplu AS, dalam lawatan pertamanya ke luar negeri pada 15-22 Februari, Menlu Hillary akan berada di Jepang pada 16-18 Februari, Indonesia (18-19 Februari), Korea Selatan (19-20 Februari), dan Cina (20-22 Februari).


Kata Menlu Hassan, Indonesia menjadi prioritas kunjungan Hillary yang juga istri mantan Presiden AS Bill Clinton, karena merupakan satu di antara negara muslim terbesar. “Dalam pembicaraan via telepon dengan Hillary, Obama punya memori dan kesan mendalam tentang Indonesia. Dari kunjungan tersebut berarti ada hubungan mendalam antara Indonesia dan AS,” kata Menlu.


Hal itu sesuai pernyataan Juru Bicara Deplu AS, Robert Wood. “Itu (Indonesia) adalah negara muslim terbesar di dunia,” kata Wood, kepada wartawan ketika ditanya mengapa Hillary memasukkan Indonesia dalam kunjungannya ke Asia. “Menteri merasa penting untuk mendekati dan menjangkau lebih awal ke Indonesia,,” ujar Wood. “(Indonesia) negara penting bagi AS,” imbuh dia.


Dalam pidato pelantikannya pada 20 Januari, Presiden Obama berjanji untuk mengusahakan “jalan baru ke depan” dengan dunia Islam “berdasarkan kepentingan bersama dan saling menghormati” setelah delapan tahun goyang di bawah kepemimpinan Presiden George W Bush.


“Generasi sekarang tahu bahwa keamanan AS berasal dari kebenaran maksud kita, kekuatan contoh kita, kualitas tabiat kerendahan hati, dan pengendalian diri kita,” kata Obama.


Belum pasti
Mengenai rencana kedatangan Presiden Obama ke Indonesia setelah kunjungan Menlu AS, kata Menlu Hassan Wirajuda, masih akan dibahas dalam pertemuan mereka nanti.


Hal senada dikatakan Wood saat ditanya apakah kunjungan Hillary akan menjadi landasan bagi kunjungan Presiden Obama ke Indonesia. “Saya tidak tahu apakah, atau kapan presiden akan pergi ke Indonsia,” tutur Wood.


“Yang jelas... presiden akan sangat tertarik dengan hasil kunjungan ini. Bukan cuma ke Indonesia, namun juga ke negara-negara lain yang saya sebutkan,” pungkas Wood.


Menlu Hassan mengatakan, pihaknya masih menyiapkan dan merumuskan agenda yang akan dibahas dalam pertemuan dengan Menlu AS. “Kita masih ada waktu 12 hari untuk menyiapkannya,” katanya.


Kunjungan Menlu AS ini diharapkan dapat membangun hubungan bilateral Indonesia-AS dalam berbagai aspek kemitraan. Mengenai pembahasan isu terorisme dalam pertemuan itu, kata Hassan, masih akan dibicarakan lebih lanjut. “Kami juga tengah menyiapkan bagaimana dan cara apa hubungan itu akan dilakukan, mengenai detilnya masih akan kita siapkan,” jelasnya.


Hillary akan bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat senior di Jakarta.

“Membahas kemitraan yang dekat serta meningkat dengan Indonesia dan prospek dalam kepentingan bersama di Asia tenggara,” kata Hassan.


Din optimistis
Wapres Jusuf Kalla dan Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin yang menjadi tamu internasional pada acara International Prayer Breakfast bersama Presiden Obama dan Wakil Presiden Joe Biden di Washington, Kamis (5/2) pagi, menyatakan optimistis presiden kulit hitam pertama di AS itu bakal memperbaiki hubungan dengan Islam.


Dalam siaran pers yang diterima Persda Network, Jumat (6/2), acara tahunan rutin ini dihadiri 1000-an tokoh AS dari berbagai kalangan dan sejumlah tokoh dunia, baik pemerintahan, agama, politisi, dan cendekiawan.


Pada acara itu, sambil makan pagi bersama dan berdoa bagi perdamaian dunia, juga diisi sambutan oleh mantan PM Inggris Tony Blair dan Presiden Obama sendiri. Keduanya sama-sama mengingatkan pentingnya upaya bersama mewujudkan perdamaian dunia dan pentingnya peran agama-agama. Baik Obama maupun Blair mengutip ayat-ayat Taurat, Injil, dan Alquran tentang kasih sayang.


Walaupun tidak ada tanya jawab, namun kedua sambutan tadi cukup mengisyaratkan visi baru kepemimpinan dunia bagi adanya tata kehidupan dunia baru yang damai, sejahtera, berkeadilan, dan beradab.


Din Syamsuddin menilai pernyataan Obama cukup menggembirakan. “Walau kita skeptis terhadap realisasi janji semacam itu, tapi dengan diucapkan berkali-kali kita boleh sedikit. optimistis bahwa dia berbeda dengan pendahulunya, Bush,” kata Din.


Din berharap AS mengubah pendekatannya terhadap dunia luar, yaitu dengan meninggalkan standar ganda dan penggunaan hard power dalam menyelesaikan masalah dunia. Kata Din, inilah momentum bagi AS untuk mengubah diri dalam memandang dunia lain. Kalau AS masih menggunakan paradigma lama maka akan diabaikan oleh negara-negara lain. “Tapi kalau berubah maka AS akan dapat menjadi motor perubahan dunia,” ujarnya.


Din Syamsuddin yang sebelumnya berpidato di World Summit on Peace di NY, mengajak dunia Islam untuk memberi kesempatan kepada Obama untuk merealisasikan janji-janjinya, sambil melihat apakah dia jujur pada dirinya sendiri.(persda network/yat/kompas.com)

Tidak ada komentar: