Rabu, 25 Februari 2009

Turkish Airlines Jatuh di Amsterdam

.



Pesawat Patah Jadi 3 Bagian
9 Tewas, 84 Orang Luka



AMSTERDAM, TRIBUN - Brakkk...! Badan pesawat Boeing 737-800/TK1951 milik Turkish Airlines itu tersungkur di dekat landasan pacu dan pecah jadi tiga bagian! Anehnya, pesawat tersebut tidak terbakar.

Bagian kokpit sampai tempat duduk nomor 10 terbelah. Kabin penumpang dari seat nomor 11 hingga ekor pesawat menjadi satu potongan tersendiri. Bagian ekor terpisah dari badan pesawat. Ekor terpisah sekitar 3 meter dari badan pesawat. Bagian moncong nyungsep di area kosong. Mesin pesawat terlempar ke lumpur, sejauh 100 meter dari posisi jatuhnya pesawat.


Akibatnya, 9 orang tewas dan lebih dari 84 penumpang lainnya terluka, 25 di antaranya cedera sangat serius. Korban tewas diduga bakal bertambah karena banyak di antara korban menderita luka serius dan masih dirawat di rumah sakit terdekat.


Informasi terakhir itu disampaikan oleh Wali Kota Harlemmermeer, Ichel Bezuijen, dalam konferensi pers di depan puluhan wartawan asing dan lokal. Sebab, menurut informasi awal, tidak ada korban tewas dalam accident itu.


Pesawat tersebut membawa 134 penumpang, termasuk tujuh awak, jatuh di padang rumput dekat landasan pacu Bandara Internasional Schipool, Amsterdam, Belanda, Rabu (25/2). Pesawat berangkat pukul 08.22 waktu setempat dari Bandara Internasional Ataturk di Istanbul, Turki.


Pantauan wartawan Tribun Batam, Yon Daryono, yang tiba di lokasi beberapa saat setelah kejadian, tampak para petugas sibuk mengevakuasi korban tewas maupun yang terluka. Puluhan mobil pemadam, ambulance, dan tiga helikopter terlihat di lokasi.


Seorang penumpang yang berbicara kepada jaringan berita DHA Turki, melihat orang cedera terperangkap dan tergencet ketika dirinya keluar dari pesawat. Kebanyakan yang cedera duduk di bagian belakang.


Sementara seorang manager bank yang menjadi penumpang pesawat itu mengungkapkan bahwa tidak ada pengumuman informasi darurat dari awak. Awak pesawat hanya menginstruksikan memasang sabuk pengaman karena pesawat bersiap mendarat.


“Saya merasakan pilot telah mendorong tekanan mesin sebelum tiba-tiba jatuh. Kecelakaan ini terjadi secara tiba-tiba. Hanya dalam hitungan detik,” ujar penumpang itu.


Fred Wely, seorang saksi mata, melihat kecelakaan tersebut dari mobilnya. “Pesawat terbang sangat rendah dan seperti tidak mempunyai tenaga untuk naik kembali, lalu menabrak jalur cepat A9. Tabrakan itu sangat keras tapi tidak terbakar,”tuturnya.


Hampir semua televisi lokal di Belanda menyiarkan kecelakaan tersebut dalam breaking news mereka. Kecelakaan pesawat di areal runway Bandara Schipool, menyentak perhatian masyarakat Belanda.

Pasalnya, bandara yang rata-rata melayani lebih dari 40 juta penumpang per tahun tersebut, dikenal sangat tegas dalam hal kelaikan pesawat yang akan mendarat di sana. Akses menuju lokasi kecelakaan ditutup sehingga menyulitkan wartawan mendekat ke lokasi.


Menurut informasi yang diperoleh Tribun dari beberapa saksi mata, pesawat tampaknya bermasalah saat hendak mendarat. Ketika itu tiupan angin, tapi tidak kencang. Namun cuaca agak berkabut.


Keluarga cemas
Keluarga para penumpang pesawat naas itu terlihat menunggu dalam kecemasan luar biasa. Setelah dievakuasi, para penumpang yang tidak mengalami cedera langsung dibawa ke ruangan khusus di Bandara Schiphol, untuk dipertemukan dengan keluarga dan kerabat mereka. Sementara korban luka dilarikan ke sejumlah rumah sakit terdekat dari lokasi kejadian.


Frank van den Bos, Juru Bicara Amsterdam Medical Centre mengatakan, sebanyak tujuh penumpang pesawat yang mengalami cedera tengah mendapat perawatan serius. “Empat di antara mereka mengalami luka sangat serius,” ujarnya kepada sejumlah wartawan.


Pemerintah Belanda melalui otoritas penerbangan mereka mengatakan, tengah menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut. Wim Kok, koordinator Anti Teror Belanda mengatakan, sampai sejauh ini tidak ditemukan adanya serangan teror yang menyebabkan kecelakaan tersebut. “Tidak ditemukan indikasi serangan terorisme,” kata Said. Dia menegaskan, tidak ada tanda-tanda atau ledakan setelah pesawat mengalami kecelakaan.


Mantan pilot tempur
Sebagaimana Anwar Haryanto, pilot Lion Air yang mendarat darurat di Bandara Hang Nadim, Batam, 23 Februari 2009, Capten Pilot Hasan Tahsin yang mengemudikan Turkish Airlines juga pernah menjadi pilot militer.


Menurut CEO Turkish Airlines, Temel Kotil, Pilot Tahsin sangat berpengalaman dan pernah menjadi pilot pesawat tempur Angkatan Udara Turki. Sementara Candan Kartilekin, Direktur Turkish Airlines, mengaku heran mengapa kecelakaan itu bisa terjadi, mengingat cuaca cukup bagus saat pendaratan.


“Jarak pandang sangat baik, sekitar 4 kilometer. Namun lima ratus meter sebelum landing, pesawat telah mendarat terlebih dahulu di sebuah lapangan di sekitar runway,” ujarnya.


Ia berjanji akan mengecek kenapa masalah itu bisa terjadi. “Kami telah cek dokumen perawatan kondisi pesawat dan di sana tidak ada masalah,”ujarnya.(yon/ap/dri)



tribunbatam.co.id
kamis, 26 februari 2009

Tidak ada komentar: