Senin, 09 Maret 2009

Telepon Batam saat Ditembaki

.




Oknum Poltabes Barelang Pakai Boat Milik Tersangka Kasus Ekstasi


BATAM, TRIBUN- Kasus penembakan Polis Diraja Malaysia (PDRM) terhadap Brigadir ZM, anggota Satnarkoba Poltabes Barelang, di perairan Kuala Sedili, Kota Tinggi, mulai ada titik terang. Ketika speedboad yang membawa ZM ditembaki PDRM, penumpang bernama Udin Keling menghubungi seseorang kawannya di Batam melalui handphone.

Waktu itu, sekitar pukul 02.00 WIB dini hari, Udin memberi informasi bahwa ZM tertembak. Sebelum diamankan PDRM, Udin Keling beberapa kali menghubungi teman-temanya di Batam untuk minta bantuan. Namun sambungan telepon itu putus sambung.


Seorang teman Udin Keling yang ditemui Tribun, Senin (9/3), mengungkapkan saat dikejar dan ditembaki PDRM, Udin mengabarkan mesin speedboat terkena tembakan dan pembicaraan terputus. Tak lama kemudian Udin Keling kembali memberi informasi bahwa mereka dalam keadaan bahaya dan meminta bantuan ke lokasi kejadian.


Namun, setelah ditanya di mana lokasi dimaksud, pembicaraan kembali terputus. Selanjutnya Udin kembali memberi kabar ZM tertembak dan rombongan tersebut tertangkap.


“Saya tidak tahu lagi mereka dibawa ke mana oleh PDRM, karena handpohne Udin langsung mati. Saya coba menghubungi namun sudah tidak aktif lagi,” ujarnya.


Ia mengaku tidak tahu apakah Udin saat itu hendak melakukan perompakan terhadap sebuah kapal atau transaksi narkoba di Outer Port Limit (OPL). “Biasanya Udin sering melakukan transaksi narkoba untuk dibawa ke Batam,” terangnya.


Selain itu ia juga tidak tahu siapa saja yang ada di speedboat itu, selain Udin Keling dan ZM. Biasanya, sebelum melaut Udin menghubungi dirinya. “Seperti biasa kalau turun ke laut pasti selalu berkoordinasi karena sering menjemput ekstasi di OPL, ditemani oknum aparat,” tambahnya.


Ditegaskan, selama ini Udin hanya menjemput ekstasi di tengah laut, tepatnya di kawasan OPL. “Biasanya tidak pernah terjadi baku tembak, karena dari Batam ada aparat yang ikut mengawal dan di perbatasan juga ada aparat dari Malaysia yang mengawasi. Makanya kami heran ketika mengetahui Udin dan ZM tertangkap,” katanya.


Namun, ia tidak heran kalau penembakan dan penangkapan itu dilakukan karena Udin Cs terlibat kasus perompakan. Menurutnya, aksi menjemput ekstasi dan perompakan merupakan kegiatan yang sangat berbeda, termasuk risikonya.


Milik tersangka Adam
Speedboat yang digunakan ZM dan Udin Cs diketahui milik tersangka Adam yang kini masih menjalani proses hukum kasus kepemilikan senjata api dan ratusan butir ekstasi. Tak pelak warga Batu Merah, Batam, tempat tinggal Udin Keling, mengaku keheranan karena speedboat yang dipakai merupakan barang bukti kasus Adam.


Sebelum tertangkap, warga sempat melihat Udin dan komplotannya balik ke Batam. Selang beberapa hari kemudian, warga mendengar kabar komplotan ini ditangkap PDRM ketika melakukan aksi perompakan. “Speedboat sempat balik, bisa jadi karena cuaca buruk. Nggak mungkin balik tanpa hasil, makanya balik lagi ke laut,” ujar warga.


Menurut informasi, aksi perompakan dilakukan dengan cara yang sudah mahir. Kapal sasaran terlebih dulu diikuti dari belakang. Speedboat mulai mendekat setelah keadaan aman. Setelah itu speedboat ini menyandar di lambung kapal.


Sayang nakhoda mengetahui aksi itu. Nakhoda minta pertolongan dengan cara menyorotkan lampu merah ke atas. Lampu ini sebagai tanda kapal sedang jadi sasaran perompak.


Tak lama, kapal patroli PDRM datang dan mengepung speedboat. Komplotan ini kabur, PDRM berusaha memberi tembakan peringatan. Karena tak digubris, PDRM langsung menembak mesin speedboat. Dua orang terluka akibat penembakan ini.


Pilih bungkam
Kasus itu kemudian menjadi bahan pembicaraan hangat warga Batu Merah yang sudah lama mengenal sosok Udin. “Udin sekarang sekolah. Sudah lama ia tak ke sini. Biasanya nongkrong, minum kopi di warung ini,”ujar seorang teman Udin.


Istilah “sekolah” sering dipakai warga untuk menyebutkan bahwa seseorang ditangkap PDRM. Kabar ini terdengar satu minggu lalu. Warga sudah mengetahui Udin terlibat aksi perompakan di OPL perbatasan Indonesia-Malaysia.


Bahkan kabar adanya oknum anggota polisi sudah tersebar di telinga warga. ”Itulah kami sebut Udin sekolah. Setiap hari kami membicarakan penangkapan Udin di warung ini,”ujarnya.


Terpisah, istri Brigadir ZM enggan berkomentar mengenai keberadaan suaminya. ia memilih menghindar ketika ditemui Tribun. “Saya nggak tahu menahu masalah ini,” ujar istri ZM langsung menutup pintu.


Kabar tertangkapnya Brigadir ZM sudah tersebar di asrama polisi di dekat Poltabes Barelang. Istri ZM sudah jarang menampakan diri sejak penangkapan tersebut. Bahkan sudah seminggu orangtua ZM datang ke Batam. (apr/urn/bur)


tibunbatam.co.id
Selasa, 10 Maret 2009

Tidak ada komentar: